Rendahnya penghasilan menyebabkan keluarga sangat miskin tidak mampu memenuhi kebu-tuhan kesehatan dan pendidikan, bahkan untuk tingkat minimal sekalipun. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil yang tidak memadai berakibat pada buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan seringkali menyebabkan tingginya kematian bayi.
Secara nasional, kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan penurunan signifikan. Namun kondisi ini kemudian memburuk. Berdasarkan data SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 2012, jumlah angka kematian ibu dan anak tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup.
Rata-rata kematian ini meningkat sekitar 57% bila dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Terpaut jauh dari komitmen Pemerintah untuk menekan tingkat AKI hingga 102 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Lebih lanjut, jika dibandingkan dengan negara tetanggga, angka kematian di Vietnam
159 per 100 ribu kelahiran hidup dan I Malaysia hanya 29 per 100 ribu kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian ibu tersebut pada banyak kasus disebabkan oleh tidak adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang tidak tersedia pada saat membutuhkan tindakan, atau masih banyaknya rumah tangga miskin yang lebih memilih tenaga kesehatan tradisional daripada tenaga medis profesional lainnya.
159 per 100 ribu kelahiran hidup dan I Malaysia hanya 29 per 100 ribu kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian ibu tersebut pada banyak kasus disebabkan oleh tidak adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang tidak tersedia pada saat membutuhkan tindakan, atau masih banyaknya rumah tangga miskin yang lebih memilih tenaga kesehatan tradisional daripada tenaga medis profesional lainnya.
Selain AKI, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih rendah. Berdasarkan data SDKI 2012, tingkat AKB hanya 34 per 1000 kelahiran hidup. Sementara target MDG tahun 2015 adalah 23 per 1000 kelahiran hidup.
Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin juga berdampak pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun.
Selama kurun waktu 1998 - 2007, 2 angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau Iebih tinggi adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang Iebih baik di antara perempuan-perempuan yang berpendidikan.
Masalah Indonesia, bukan cuma kematian ibu dan anak saja, namun juga masalah gizi buruk. Pada tahun 2012, Indonesia merupakan negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia mencapai 8 juta jiwa dengan prevalansi kekurangan gizi balita sebesar 17,9% (SDKI 2012).
Dibanding target MDGs yang 15%, kondisi Indonesia sangatlah buruk. Artinya, lebih dari 400 anak-anak meninggal setiap hari di Indonesia. Berita baiknya, itu juga berarti di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun
2012 dan 147,000 pada tahun 2015.
Laporan berjudul Promise Renewed3: 2015 Progress Report 4 dari UNICEF menyatakan bahwa tingkat kematian balita saat ini berada di angka 27 kematian per 1.000 kelahiran jika dibandingkan dengan 85 kematian per 1.000 kematian di tahun 1990. Dengan begitu, Indonesia masuk ke dalam kelompok 24 negara dari 81 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang berhasil mengurangi kematian balita hingga dua pertiga dalam periode tersebut yang merupakan target Tujuan Pembangunan Millenium Empat (Millennium Development Goal Four).
Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin juga berdampak pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun.
Selama kurun waktu 1998 - 2007, 2 angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau Iebih tinggi adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang Iebih baik di antara perempuan-perempuan yang berpendidikan.
Masalah Indonesia, bukan cuma kematian ibu dan anak saja, namun juga masalah gizi buruk. Pada tahun 2012, Indonesia merupakan negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia mencapai 8 juta jiwa dengan prevalansi kekurangan gizi balita sebesar 17,9% (SDKI 2012).
Dibanding target MDGs yang 15%, kondisi Indonesia sangatlah buruk. Artinya, lebih dari 400 anak-anak meninggal setiap hari di Indonesia. Berita baiknya, itu juga berarti di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun
2012 dan 147,000 pada tahun 2015.
Laporan berjudul Promise Renewed3: 2015 Progress Report 4 dari UNICEF menyatakan bahwa tingkat kematian balita saat ini berada di angka 27 kematian per 1.000 kelahiran jika dibandingkan dengan 85 kematian per 1.000 kematian di tahun 1990. Dengan begitu, Indonesia masuk ke dalam kelompok 24 negara dari 81 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang berhasil mengurangi kematian balita hingga dua pertiga dalam periode tersebut yang merupakan target Tujuan Pembangunan Millenium Empat (Millennium Development Goal Four).